Selamat datang di Level 2 Program Bimbingan Teknis Pembelajaran Berbasis TIK (PembaTIK) 2023 dengan tema “Menguatkan Ekosistem Digital Pendidikan dengan Berkarya dan Berbagi untuk Wujudkan Merdeka Belajar”
Pada level 2 ini, aktivitas Peserta PembaTIK 2023 akan menunjukkan bagaimana mengimplementasikan pemanfaatan TIK untuk pembelajaran, serta melaksanakan praktik baik pemanfaatan Platform Teknologi dalam Implementasi Kurikulum Merdeka. Peserta PembaTIK 2023 akan mempelajari 4 modul dalam level 2, yaitu:
Optimalisasi pemanfaatan TIK dalam Pembelajaran digital
Penerapan model pembelajaran berbasis sumber belajar digital
Pengelolaan kelas teritegrasi TIK dalam pembelajaran, dan
Dasar-dasar pengembangan media pembelajaran berteknologi digital.
Peserta PembaTIK 2023 diharapkan dapat memahami konsep pemanfaatan TIK secara optimal seperti:
memahami fungsi-fungsi sumber belajar digital terbuka berbasis TIK;
menyusun rancangan pembelajaran terintegrasi TIK;
memahami karakteristik dan potensi TIK dalam membelajarkan dan menciptakan lingkungan belajar;
menerapkan model pembelajaran berbantuan TIK
memanfaatkan TIK dalam pengelolaan pembelajaran seperti data, penilaian, dan lain-lain
memanfaatkan TIK untuk berkolaborasi dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar
memanfaatkan media sosial untuk pembelajaran; dan
memanfaatkan video pembelajaran berbasis TIK.
Dalam mengikuti Level 2 PembaTIK 2023, peserta harus mengikuti ketentuan berikut:
Membaca tujuan pembelajaran sehingga memahami target dari setiap modul
Membaca indikator pencapaian kompetensi sehingga memahami objek yang akan dijadikan kriteria pengukuran untuk mencapai tujuan
Membaca uraian materi pembelajaran sehingga memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap terhadap kompetensi yang akan dicapai.
Melakukan aktivitas pembelajaran yang tertera pada modul.
Mengerjakan latihan dan Tes Akhir Modul (TAM)
Mengerjakan Tugas Akhir Level 2
Mengerjakan Ujian Akhir Level 2
Selamat mengikuti tahapan PembaTIK Level 2. Mari bersama-sama “Menguatkan Ekosistem Digital Pendidikan dengan Berkarya dan Berbagi untuk Wujudkan Merdeka Belajar”
Video Pengantar Modul 5: Optimalisasi Pemanfaatan TIK dalam Pembelajaran Abad 21
KEGIATAN
BELAJAR 1: PENDEKATAN TPACK DALAM PEMBELAJARAN DIGITAL
TPACK dalam Pembelajaran Digital
Technological Pedagogical and Content Knowledge (TPACK) merupakan
pendekatan pembelajaran yang sangat relevan di masa pembelajaran daring saat
ini. Hal ini, karena pendekatan TPACK memadukan aspek
pengetahuan (Knowledge/K), cara membelajarkan (Pedagogy/P),
penguasaan materi pembelajaran sesuai bidang (Content/C) dengan TIK (Technology/T).
Pendekatan TPACK merupakan pendekatan yang dikembangkan dari pendekatan Pedagogy
Content Knowledge (PCK) yang pertama kali dikenalkan oleh Shulman pada
tahun 1986. Namun, pendekatan PCK tidak sekedar irisan atau
gabungan pengetahuan tentang pedagogi dan penguasaan materi namun diperkuat
oleh pengalaman-pengalaman guru.
Pada dasarnya, konsep pendekatan pembelajaran TPACK melibatkan
7 domain pengetahuan:
[Lihat Lampiran Gambar Domain TPACK dibawah]
Paket-paket pengetahuan ini saling bersinggungan dan menghasilkan irisan-irisan
menjadi paket pengetahuan baru yang perlu dikembangkan guru dalam pembelajaran
abad 21. Paduan TPACK yang baik akan menolong guru bisa
mengajarkan materi tertentu dengan baik pula.
Penerapan TPACK dalam Pembelajaran Digital
Guru berperan sebagai fasilitator dan pengelola pembelajaran dengan menerapkan kemampuan
pedagogis, teknologis, dan penguasaan substansi (konten) yang harus memadai.
Selanjutnya silahkan Bapak/Ibu guru simak video berikut ini:
KEGIATAN BELAJAR 2: IMPLEMENTASI
PEMBELAJARAN DIGITAL DALAM KURIKULUM MERDEKA
Melaksanakan dan Mengelola Pembelajaran Digital
Perlu Bapak Ibu guru ketahui bahwa pemanfaatan pembelajaran digital yang tepat
dapat meningkatkan produktivitas aktivitas pembelajaran, jika guru menggunakan
dasar-dasar pemanfaatan pembelajaran digital sebagai berikut:
[Lihat Lampiran Gambar Dasar-Dasar Pemanfaatan Pembelajaran Digital dibawah]
Berikut adalah contoh strategi pembelajaran digital yang juga bisa diterapkan
dengan tujuan menimbulkan kebermaknaan belajar, yaitu:
·Ice
breaker dan Opener
Kegiatan ini tujuannya
mengkondisikan peserta didik agar fokus pada pembelajaran. Guru perlu
memberikan treatment berupa tindakan untuk membuat pembelajar
aktif, sedikit permainan, memperlihatkan sesuatu yang menarik pembelajar. Dalam
pembelajaran digital dilakukan misalnya dengan menayangkan gambar, video, atau
aktivitas yang membuat peserta didik fokus dan siap untuk belajar.
·Student
Expedition
Ketika peserta didik akan belajar
melalui web, tujuan yang akan dicapai dan materi pembelajaran yang akan
dipelajari sudah disajikan terlebih dulu. Ini merupakan semacam peta materi.
Diperlukan pula deskripsi manfaat dan cara-cara atau petunjuk penggunaan
sehingga tujuan dapat tercapai. Disajikan pula daftar aktivitas yang akan
dilakukan oleh peserta didik selama belajar melalui web tersebut.
·PCT
(Purposive Creative Thinking)
Mengidentifikasi konflik atau
masalah-masalah dalam kegiatan belajar yang dihadapi oleh peserta didik yang
dapat dipecahkan oleh peserta didik sendiri melalui fasilitas yang ada,
misalnya discussion forum atau chatting.
·P2P (Peer
to Peer interaction)
Penggunaan metode kooperatif dalam
kegiatan pembelajaran di web. Hal ini ada kaitannya dengan kegiatan sebelumnya
yaitu upaya untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh peserta didik
yang dicari solusinya melalui diskusi forum.
·Streaming
Expert
Tidak semua masalah yang dihadapi
oleh peserta didik dapat dipecahkan sendiri atau didiskusikan dengan teman
lain, kadang diperlukan juga pendapat dari para ahli/pakar melalui
kegiatan video conference atau sekedar melihat video yang
sudah tersedia di LMS. Pada kegiatan ini dimungkinkan juga terjadi diskusi
antara peserta didik dengan ahli/pakar. Jika web menggunakan sistem sinkronus
maka hal ini sangat mungkin terjadi.
·Mental
Gymnastic
Peserta didik melakukan kegiatan brainstorming atau
kegiatan curah pendapat yang bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
sudah dirumuskan. Peserta didik mengumpulkan sejumlah topik yang menarik
perhatiannya untuk kemudian didiskusikan dan disampaikan kepada peserta didik
lainnya.
PENDEKATAN TPACK (TECHNOLOGICAL PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE) SEBAGAI SOLUSI HAMBATAN PEMBELAJARAN JARAK JAUH
Pengetahuan (Knowledge/K) cara membelajarkan (Pedagogy/P) dan menguasai materi pembelajaran sesuai bidang (Content/C)) dikenal dengan istilah Pedagogy Content Knowledge (PCK). Istilah PCK pertama kali diperkenalkan oleh Shulman pada tahun 1986. Namun, PCK tidak sekedar irisan atau gabungan pengetahuan tentang pedagogi dan penguasaan materi namun diperkuat oleh pengalaman-pengalaman guru (tacit knowledge). Penelitian menunjukkan persepsi calon guru terhadap TPACK sangat dipengaruhi oleh pengalaman mengikuti perkuliahan terkait pengetahuan tentang teknologi dan pengetahuan tentang pedagogi dan teknologi (Koh, et.al, 2013) Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah memberikan pengaruh besar terhadap proses pembelajaran sehingga abad 21 mendorong Saudara untuk memiliki pengetahuan terkait teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Istilah PCK berkembang menjadi TPCK dimana “T” adalah teknologi. Guna memudahkan penyebutannya TPCK dirubah menjadi TPACK dan berkembang melibatkan banyak domain pengetahuan di dalamnya. Konsep TPACK melibatkan 7 domain pengetahuan dikarenakan ada irisan atau sintesa baru, yaitu;
a). Pengetahuan materi (content knowledge/CK) yaitu penguasaan bidang studi atau materi pembelajaran.
b). Pengetahuan pedagogis (pedagogical knowledge/PK) yaitu pengetahuan tentang proses dan strategi pembelajaran.
c). Pengetahuan teknologi (technological knowledge/TK) yaitu pengetahuan bagaiamana menggunakan teknologi digital.
d). Pengetahuan pedagogi dan materi (pedagogical content knowledge/PCK) yaitu gabungan pengetahuan tentang bidang studi atau materi pembelajaran dengan proses dan strategi pembelajaran.
e). Pengetahuan teknologi dan materi (technological content knowledge/TCK) yaitu pengetahuan tentang teknologi digital dan pengetahuan bidang studi atau materi pembelajaran.
f). Pengetahuan tentang teknologi dan pedagogi (technological paedagogical knowledge/TPK) yaitu pengetahuan tentang teknologi digital dan pengetahuan mengenai proses dan strategi pembelajaran.
g). Pengetahuan tentang teknologi, pedagogi, dan materi (technological, pedagogical, content knowledge/TPCK) yaitu pengetahuan tentang teknologi digital, pengetahuan tentang proses dan strategi pembelajaran, pengetahuan tentang bidang studi atau materi pembelajaran.
Ke delapan domain untuk penerapan TPACK secara praktis adalah:
(1) Menggunakan TIK untuk menilai peserta didik. Contoh Saudara menggunakan Microsoft excel untuk mengolah nilai, menggunakan kuis online untuk menilai partisipasi peserta didik, enggunakan grup chatting untuk memahami cara berkomunikasi melalui medsos dan sebagainya.
(2) Menggunakan TIK untuk memahami materi pembelajaran. Contohnya mengemas materi abstrak ke dalam animasi video, mensimulasikan prinsip kerja mesin menggunakan animasi, memberikan rujukan tautan untuk belajar lebih lanjut dan sebagainya.
(3) Mengintegrasikan TIK untuk memahami peserta didik. Contohnya meminta peserta didik memvisualisasikan idenya menggunakan corel draw, menggunakan whatsapp atau email untuk menampung keluhan peserta didik, menyediakan forum konsultasi secara online dan sebagainya
(4) Mengintegrasikan TIK dalam rancangan kurikulum termasuk kebijakan. Contohnya melibatkan guru dalam pengembangan sumber belajar digital, diskusi rutin pengembangan konten digital, memasukkan program peningkatan melek TIK bagi guru dan sebagainya
(5) Mengintegrasikan TIK untuk menyajikan data. Contohnya menggunakan TIK untuk menyajikan data akademik, data induk peserta didik, data mutasi peserta didik, membuat grafik dan sebagainya
(6) Mengintegrasikan TIK dalam strategi pembelajaran. Contohnya mengembangkan pembelajaran berbasis web, mengelola forum diskusi online, melaksanakan teleconference, menggunakan video pembelajaran untuk memotivasi peserta didik dan sebagainya.
(7) Menerapkan TIK untuk pengelolaan pembelajaran. Contohnya menggunakan TIk untuk presensi online, memasukkan dan mengolah nilai peserta didik, menggunakan sistem informasi akademik dan sebagainya. (8) Mengintegrasikan TIK dalam konteks mengajar. Contohnya menyediakan pilihan pembelajaran berbasis online, menciptakan lingkungan pembelajaran
Pembelajaran Berdiferensiasi
Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang mengakomodir kebutuhan siswa dalam kegiatan belajar. Guru memberikan perhatian terhadap keunikan karakteristik siswa yang berbeda – beda sehingga tidak bisa diberikan perlakuan yang sama antara satu siswa dan siswa yang lain yang berbeda karakteristik. Dalam penerapan pembelajaran berdiferensiasi, guru perlu memberikan tindakan yang masuk akal dalam mensikapi perbedaan karakteristik siswa. Pembelajaran berdiferensiasi tidak berarti memberikan perlakuan berbeda untuk setiap siswa atau membedakan antara siswa yang pintar dan kurang pintar.
Ciri pembelajaran berdiferensiasi antara lain :lingkungan belajar mengundang murid untuk belajar
kurikulum memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas
terdapat penilaian berkelanjutan
guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar murid
dan manajemen kelas efektif.
Contoh kelas yang menerapkan pembelajaran berdiferensiasi adalah pemberian materi dengan menggunakan beragam cara sehingga siswa dapat menyerap informasi yang disampaikan. Contoh kelas yang belum menerapkan konsep pembelajaran berdiferensiasi adalah guru memberikan materi berdasarkan kehendaknya guru sendiri, tidak memahami minat dan keinginan siswa.
Untuk dapat menerapkan pembelajaran berdiferensiasi guru harus melakukan hal hal berikut :Melakukan pemetaan kebutuhan belajar siswa yang didasarkan pada tiga aspek, yaitu : kesiapan belajar, minat belajar, dan profil belajar siswa (bisa menggunakan metode wawancara, observasi, atau survey)
Merencanakan pembelajaran dengan konsep diferensiasi yang didasarkan pada hasil pemetaan (memberikan berbagai pilihan baik strategi, materi, maupun cara belajar).
Melakukan evaluasi dan refleksi pada akhir kegiatan pembelajaran.
Pemetaan kebutuhan belajar siswa menjadi kunci untuk melanjutkan langkah selanjutnya. Apabila hasil pemetaan tidak akurat, maka tindakan yang dilakukanpun menjadi kurang tepat. Untuk memetakan kebutuhan siswa, guru perlu mempertimbangkan data yang akurat baik dari siswa, orang tua, maupun lingkungan. Dalam memetakan kebutuhan siswa, hendaknya siswa dan orang tua memberikan data yang valid sehingga tindakan yang akan dilakukan akan tepat sasaran.
Terdapat tiga strategi pembelajaran diferensiasi yaitu :Diferensiasi Konten
Konten yang dimaksud adalah apa yang diajarkan kepada siswa. Konten dapat dibedakan sebagai tanggapan terhadap kesiapan, minat, dan profil belajar murid maupun kombinasi ketiganya. Guru perlu menyediakan bahan dan alat sesuai kebutuhan belajar siswa.
Diferensiasi Proses
Diferensiasi proses mengacu pada bagaiman siswa memahami dan memaknai pembelajaran yang di lakukan.
Diferensiasi proses dapat dilakukan dengan cara :
a. Menggunakan kegiatan berjenjang
b. Meyediakan pertanyaan pemandu atau tantangan yang perlu diselesaikan di sudut-sudut minat,
c. Membuat agenda individual untuk murid (daftar tugas, memvariasikan lama waktu yang murid dapat ambil untuk menyelesaikan tugas,
d. Mengembangkan kegiatan bervariasi
Diferensiasi Produk
Produk yang dimaksud adalah hasil pekerjaan siswa atau unjuk kerja. Dapat berupa karangan, pidato, rekaman, diagram atau sesuatu yang ada wujudnya.
Produk meliputi dua hal :
a. memberikan tantangan dan keragaman atau variasi,
b. memberikan siswa pilihan bagaimana mereka dapat mengekspresikan pembelajaran yang diinginkan.
Menerapkan konsep pembelajaran berdiferensiasi akan memberikan dampak besar bagi sekolah, kelas dan siswa. Perlakuan pembelajaran berdiferensiasi diharapkan dapat merangsang anak dalam memaksimalkan penyerapan informasi pada pembelajaran. Dampak penerapan pembelajaran berdiferensiasi diantaranya; setiap siswa dengan berbagai karakteristik merasa disambut dengan baik dan dihargai, guru mengajar untuk kesuksesan dan perkembangan siswa, kebutuhan belajar siswa terfasilitasi, sebagai bentuk nyata keadilan dalam perlakuan pembelajaran, adanya kolaborasi guru dan siswa.
Dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi tentunya terdapat banyak hambatan. Guru hendaknya bersikap positif terhadap tantangan pembelajaran berdiferensiasi, berikut adalah usaha menghadapi tantangan tersebut :Terus belajar dan sharing pengalaman terhadap sesama guru dalam menghadapi masalah pembelajaran berdiferensiasi
Saling mendukung dan memberi semangat sesama guru
Menerapkan apa yang telah dipelajari meskipun belum maksimal
Mengevaluasi dan memperbaiki proses pembelajaran yang telah diterapkan
Salah satu nilai dari guru penggerak dan sekola penggerak adalah pembelajaran yang berpihak pada murid, yaitu pembelajaran yang memfasilitasi tumbuh kembang siswa. Hal tersebut sejalan dengan konsep pembelajaran berdiferensiasi. Budaya positif juga harus kita bangun dalam rangka mendukung pembelajaran berdiferensiasi.
Sumber : https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/artikel/pembelajaran-berdiferensiasi-dan-penerapannya-di-kelas/
Fitur – Fitur Utama LMS
Berikut ini adalah beberapa fitur utama yang biasa ada dalam Learning Management System (LMS):
Fitur ini bertugas untuk mengatur materi ajar dalam berbagai format seperti teks, audio, video, dan seringkali memungkinkan tutor untuk menggabungkan sumber daya luar seperti video YouTube atau tautan web
2. Alat Pengajaran Interaktif (Interactive Teaching Tools)
LMS umumnya menyediakan alat-alat interaktif untuk proses pengajaran. Termasuk di dalamnya adalah quiz, tugas, dan alat lainnya yang dapat membantu dalam proses pembelajaran dan penilaian peserta didik.
3. Pelacakan Kemajuan dan Evaluasi (Progress Tracking & Evaluation)
LMS memfasilitasi pengajar untuk melacak perkembangan siswa, serta menganalisis dan memahami efisiensi metode pengajaran mereka. Fitur ini biasanya mencakup penilaian otomatis, laporan kemajuan, dan statistik kinerja peserta didik.
4. Forum Diskusi & Kolaborasi (Discussion Forums & Collaboration)
Fitur yang memungkinkan siswa dan pengajar untuk berinteraksi dan berkolaborasi dalam forum diskusi, berbagi ide dan pengetahuan, serta belajar dalam lingkungan sosial.
5. Integrasi dengan Sistem Akademik (Integration with Academic Systems)
Banyak LMS yang dapat diintegrasikan dengan sistem akademik lainnya, seperti sistem pendaftaran siswa atau perpustakaan digital, untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang lengkap dan berguna.
Manfaat LMS
Berikut ini adalah beberapa manfaat yang umumnya diperoleh dari penggunaan Learning Management System (LMS):
1. Efisiensi dan Kemudahan
LMS memberikan platform terpusat untuk menyimpan dan mendistribusikan materi pembelajaran, sehingga membuat proses ini menjadi lebih efisien. Selain itu, dengan LMS, peserta didik dan instruktur dapat mengakses materi kapan saja dan di mana saja, asalkan mereka memiliki akses internet (Watson & Watson, 2007).
2. Pelacakan dan Evaluasi
Fitur pelacakan dan evaluasi dalam LMS membuat proses penilaian menjadi lebih mudah dan akurat. Instruktur dapat melacak kemajuan belajar setiap peserta didik dan mengevaluasi efektivitas metode pengajaran yang mereka gunakan (Ally, 2004).
3. Kolaborasi dan Komunikasi
Forum diskusi dan alat kolaborasi lainnya dalam LMS mendukung interaksi dan kerja sama antara peserta didik dan instruktur, serta antara peserta didik itu sendiri. Hal ini berpotensi untuk meningkatkan keterlibatan dan motivasi belajar peserta didik (Ellis, 2009).
4. Personalisasi Pembelajaran
LMS umumnya memungkinkan personalisasi, di mana instruktur dapat menyesuaikan materi dan metode pengajaran berdasarkan kebutuhan dan kemampuan masing-masing peserta didik (Coates, 2005).
5. Integrasi dengan Sistem Lain
Dengan LMS, institusi atau organisasi dapat mengintegrasikan berbagai sistem dan aplikasi yang mereka gunakan, seperti sistem registrasi atau perpustakaan digital, dalam satu platform. Hal ini dapat memudahkan administrasi dan manajemen (Watson & Watson, 2007).
Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Learning Management System (LMS) dapat membantu mendukung dan meningkatkan proses belajar mengajar melalui fitur lengkap seperti manajemen konten, alat pengajaran interaktif, pelacakan kemajuan, forum diskusi, dan integrasi dengan sistem akademik.
Berbekal pemahaman mengenai manfaat dan keunggulan dari LMS, kami dengan bangga memperkenalkan Civitas LMS, solusi pembelajaran online yang dikembangkan oleh Suteki Technology. Civitas LMS adalah platform yang efisien dan user-friendly, yang didesain untuk memudahkan proses belajar mengajar.
Dengan menggunakan Civitas LMS, Anda akan mendapatkan:Kemudahan dan efisiensi dalam manajemen materi pembelajaran
Pengalaman belajar yang lebih interaktif dan terpersonalisasi
Kemampuan untuk melacak dan mengevaluasi kemajuan peserta didik dengan mudah
Fasilitas untuk meningkatkan kolaborasi dan komunikasi di antara pengajar dan peserta didik
Kecepatan proses administratif melalui Integrasi dengan SIAKAD 4.0, yang mencakup data mahasiswa, data dosen, data nilai, data mata kuliah, data pembayaran, dan lain-lain.
Civitas LMS akan menjadi solusi sempurna bagi lembaga pendidikan, perusahaan, atau organisasi lain yang ingin meningkatkan kualitas dan efisiensi proses belajar mengajar. Dukungan penuh dari tim Suteki akan membuat peralihan ke LMS menjadi lebih mudah dan lancar. Hubungi kami hari ini dan temukan bagaimana Civitas LMS dapat membantu Anda mencapai tujuan pembelajaran yang lebih baik!
Yang dimaksud dengan ACTION adalah akronim dari uraian di bawah ini :Access. Kemudahan akses menjadi pertimbangan pertama dalam memilih media. Apakah media yang kita perlukan itu tersedia, mudah, dan dapat dimanfaatkan oleh siswa? Misalnya, kita ingin menggunakan media internet, perlu dipertimbangkan terlebih dahulu apakah ada saluran untuk koneksi ke internet? Akses juga menyangkut aspek kebijakan, misalnya apakah siswa diijinkan untuk menggunakannya? Komputer yang terhubung ke internet jangan hanya digunakan untuk kepala sekolah, tapi juga guru, dan yang lebih penting untuk siswa. Siswa harus memperoleh akses. Dalam hal ini media harus merupakan bagian dalam interaksi dan aktivitas siswa, bukan hanya guru yang menggunakan media tersebut.
Cost. Biaya juga harus dipertimbangkan. Banyak jenis media yang dapat menjadi pilihan kita, pada umumnya media canggih biasanya cenderung mahal. Namun, mahalnya biaya itu harus kita hitung dengan aspek menfaatnya. Semakin banyak yang menggunakan, maka unit biaya dari sebuah media akan semakin menurun. Media yang efektif tidak selalu mahal, jika guru kreatif dan menguasai materi pelajaran maka akan memanfaatkan objek-objek untuk dijadikan sebagai media dengan biaya yang murah namun efektif.
Technology. Mungkin saja kita tertarik kepada satu media tertentu. Tapi kita perlu perhatikan apakah teknologi tersedia dan mudah menggunakannya? Katakanlah kita ingin menggunakan media audio visual di kelas. Perlu kita pertimbangkan, apakah ada listrik, voltase listrik cukup dan sesuai?
Interactivity. Media yang baik adalah yang dapat memunculkan komunikasi dua arah atau interaktivitas. Setiap kegiatan pembelajaran yang anda kembangkan tentu saja memerlukan media yang sesuai dengan tujuan pembelajaran tersebut. Jadikan media itu sebagai alat bantu siswa dalam beraktivitas, misalnya puzzel untuk anak SD, siswa dapat menggunakannya sendiri, menyusun gambar hingga lengkap, flash card dapat dikondisikan dalam bentuk permainan dan semua siswa terlibat baik secara fisik, intelektual maupun mental.
Organization. Pertimbangan yang juga penting adalah dukungan organisasi. Misalnya, apakah pimpinan sekolah atau yayasan mendukung? Bagaimana pengorganisasiannya. Apakah di sekolah ini tersedia satu unit yang disebut pusat sumber belajar?ad
Novelty. Kebaruan dari media yang anda pilih juga harus menjadi pertimbangan. Media yang lebih baru biasanya lebih baik dan lebih menarik bagi siswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar